Masjid Raya Sabilal Muhtadin adalah sebuah masjid besar yang berada di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Indonesia, tepatnya di kelurahan Antasan Besar, kecamatan Banjarmasin Tengah.
Di dalam kompleks mini juga terdapat kantor MUI Kalimantan Selatan.
Masjid ini dibangun di tepi barat sungai Martapura dan dibangun pada
tahun 1981. Di Masjid ini akan diselenggarakan Seleksi Tilawatil Quran Nasional (STQN) Ke XXI 2011 pada tanggal 4-11 Juni 2011.
Sabilal Muhtadin, nama pilihan untuk Mesjid Raya Banjarmasin ini, adalah sebagai penghormatan dan penghargaan terhadap Ulama Besar alm. Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari (1710—1812) yang selama hidupnya memperdalam dan mengembangkan agama Islam di Kerajaan Banjar
atau Kalimantan Selatan sekarang ini. Ulama Besar ini tidak saja
dikenal di seluruh Nusantara, akan tetapi dikenal dan dihormati melewati
batas negerinya sampai ke Malaka, Filipina, Bombay, Mekkah, Madinah, Istambul dan Mesir.
Baru tahun 1974, rencana pembangunan Masjid Raya dimulai kembali, oleh Bapak Gubernur Soebardjo yang menunjuk PT. Griya Cipta Sarana sebagai perencana dan PT. Barata Metelworles sebagai pelaksana pembangunan, dan pemancangan tiang pertama dilakukan Gubernur Soebardjo tanggal 10 Nopember 1974. untuk pertama, pada tanggal 31 Oktober 1979, Masjid Raya dipergunakan umat Islam untuk kegiatan Idul Adha 1344 H. Untuk pembangunan selanjutnya diperlukan dana yang besar, maka dibentuk panitia pengumpul dana dengan Ketua KH. Hasan Moegni Marwan dan Sekretaris H.M. Rafi'i Hamdie dan sejumlah tokoh masyarakat Banjarmasin.
Kemudian cita-cita masyarakat Islam Kalimantan Selatan akan terbangunnya Masjid Raya yang monumental telah terwujud dan menjadi kenyataan. Dengan gema takbir beriringan gema beduk dan sirene, Presiden Soeharto meresmikan pemakaiannya tanggal 9 Pebruari 1981 dengan nama Masjid Raya Sabilal Muhtadin untuk difungsikan sebagai pusat kegiatan Islam daerah Kalimantan Selatan. Penamaan dengan pilihan Sabilal Muhtadin adalah sebagai penghormatan dan penghargaan terhadap ulama besar Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary (1710-1812 M) salah satu karyanya yang terkenal 'Sabilal Muhtadin.' Bangunan masjid terdiri dari bangunan utama yang luasnya ± 5250 M persegi yaitu ruang ibadah berlantai dua yang bisa menampung jamaah ± 7.500 serta teras dan selasar juga bisa menampung ± 7.000 jamaah, menara terdiri atas 1 menara besar yang tinggi ± 45 meter serta 4 menara kecil masing-masing ± 21 meter. Periode Kepengurusan Ketua Badan Pengelola Masjid Raya Sabilal Muhtadin, yaitu: KH. Hasan Mugeni Marwan (1980-1982) Ir. H. M. Said (Ketua Umum) dengan Ketua Hariannya KH.Muhammad Rafi'i Hamdie (1982-1987); H.Maksid (1987-1999) KH.Husin Naparin, Lc, MA (1999-2004); KH.Ahmad Bakeri (2004-2006); Drs.H.Rudy Ariffin, MM (Ketua Umum) dengan Ketua Hariannya KH. Ahmad Bakeri (2006-2008); Drs.KH.Tabrani Basri (2008-2010). Drs. H. Rusdiansyah Asnawi, SH (2010-2012).
Sebagaimana layaknya sebagai kegiatan Islam, Masjid Raya Sabilal Muhtadin juga dilengkapi dengan keberadaan Lembaga Pendidikan Islam yang mengasuh aktivitas pendidikan dari tingkat TK s/d SMU yang banyak menjadi perhatian warga. Disamping itu juga dilengkapi dengan Perpustakaan Umum, Radio Dakwah Sabilal Muhtadin, Koperasi Karyawan, sarana Olahraga serta SPBU.
Sejarah singkat...
Kalimantan Selatan yang sebagian besar masyarakatnya adalah penganut agama Isam yang taat (97,5 %) sejak lama bercita-cita mempunyai sebuah Masjid Raya yang dapat dibanggakan dan digunakan pada saat ini dan akan datang. Hal ini mendapat dukungan dari para pemuka, alim-ulama dan tokoh masyarakat. Kemudian berkumpullah tokoh seperti Bapak H. Hasan Basry (Mantan Pangdam), Bapak H. Maksid (mantan Gubernur KDH), Bapak M. Yusi (mantan Pangdam) dan sejumlah ulama dengan sepakat membulatkan tekad untuk membangun sebuah Masjid Raya yang berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Islam dalam arti luas bertempat di Kota Banjarmasin. Setelah pemilihan lokasi ini disepakati dengan bantuan perancanaan team ahli dari ITB Bandung dilakukan peletakan batu pertama oleh Bapak H. Aberani Sulaiman (Gubernur) dan Bapak Amir Machmud (Pangdam X) sebagai titik awal yang dicita-citakan pada tahun 1964. namun karena beberapa hambatan, seperti meletusnya G 30/S PKI dan mutasinya beberapa pejabat penting, tokoh penggerak, rencana pembangunan Masjid Raya ini tertunda.Baru tahun 1974, rencana pembangunan Masjid Raya dimulai kembali, oleh Bapak Gubernur Soebardjo yang menunjuk PT. Griya Cipta Sarana sebagai perencana dan PT. Barata Metelworles sebagai pelaksana pembangunan, dan pemancangan tiang pertama dilakukan Gubernur Soebardjo tanggal 10 Nopember 1974. untuk pertama, pada tanggal 31 Oktober 1979, Masjid Raya dipergunakan umat Islam untuk kegiatan Idul Adha 1344 H. Untuk pembangunan selanjutnya diperlukan dana yang besar, maka dibentuk panitia pengumpul dana dengan Ketua KH. Hasan Moegni Marwan dan Sekretaris H.M. Rafi'i Hamdie dan sejumlah tokoh masyarakat Banjarmasin.
Kemudian cita-cita masyarakat Islam Kalimantan Selatan akan terbangunnya Masjid Raya yang monumental telah terwujud dan menjadi kenyataan. Dengan gema takbir beriringan gema beduk dan sirene, Presiden Soeharto meresmikan pemakaiannya tanggal 9 Pebruari 1981 dengan nama Masjid Raya Sabilal Muhtadin untuk difungsikan sebagai pusat kegiatan Islam daerah Kalimantan Selatan. Penamaan dengan pilihan Sabilal Muhtadin adalah sebagai penghormatan dan penghargaan terhadap ulama besar Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary (1710-1812 M) salah satu karyanya yang terkenal 'Sabilal Muhtadin.' Bangunan masjid terdiri dari bangunan utama yang luasnya ± 5250 M persegi yaitu ruang ibadah berlantai dua yang bisa menampung jamaah ± 7.500 serta teras dan selasar juga bisa menampung ± 7.000 jamaah, menara terdiri atas 1 menara besar yang tinggi ± 45 meter serta 4 menara kecil masing-masing ± 21 meter. Periode Kepengurusan Ketua Badan Pengelola Masjid Raya Sabilal Muhtadin, yaitu: KH. Hasan Mugeni Marwan (1980-1982) Ir. H. M. Said (Ketua Umum) dengan Ketua Hariannya KH.Muhammad Rafi'i Hamdie (1982-1987); H.Maksid (1987-1999) KH.Husin Naparin, Lc, MA (1999-2004); KH.Ahmad Bakeri (2004-2006); Drs.H.Rudy Ariffin, MM (Ketua Umum) dengan Ketua Hariannya KH. Ahmad Bakeri (2006-2008); Drs.KH.Tabrani Basri (2008-2010). Drs. H. Rusdiansyah Asnawi, SH (2010-2012).
Sebagaimana layaknya sebagai kegiatan Islam, Masjid Raya Sabilal Muhtadin juga dilengkapi dengan keberadaan Lembaga Pendidikan Islam yang mengasuh aktivitas pendidikan dari tingkat TK s/d SMU yang banyak menjadi perhatian warga. Disamping itu juga dilengkapi dengan Perpustakaan Umum, Radio Dakwah Sabilal Muhtadin, Koperasi Karyawan, sarana Olahraga serta SPBU.
Bangunan fisik...
Mesjid Raya Sabilal Muhtadin ini di-bangun di atas tanah yang luasnya
100.000 M2, letaknya di tengah-tengah kota Banjarmasin, yang sebelumnya
adalah Kompiek Asrama Tentara Tatas. Pada waktu zaman kolonialisme
Belanda tempat ini dikenal dengan Fort Tatas atau Benteng Tatas.
Bangunan Mesjid terbagi atas Bangunan Utama dan Menara; bangunan utama
luasnya 5250 M2, yaitu ruang tempat ibadah 3250 M2, ruang bagian dalam
yang sebagian berlantai dua, luasnya 2000 M2. Menara mesjid terdiri atas
1 menara-besar yang tingginya 45 M, dan 4 menara-kecil, yang tingginya
masing-masing 21 M. Pada bagian atas bangunan-utama terdapat kubah-besar
dengan garis tengah 38 M, terbuat dari bahan aluminium sheet Kalcolour
ber-warna emas yang ditopang oleh su-sunan kerangka baja. Dan kubah
menara-kecil garis-tengahnya 5 dan 6 M.
Kemudian seperti biasanya yang ter dapat pada setiap mesjid-raya,
maka pada Mesjid Raya Sabilal Muhtadin ini juga, kita dapati hiasan
Kaligrafi bertuliskan ayat-ayat Al-Qur'an dan As-maul Husna, yaitu 99
nama untuk Ke-agungan Tuhan serta nama-nama 4 Khalifah Utama dalam
Islam. Kaligrafi itu seturuhnya dibentuk dari bahan tembaga yang
dihitamkan dengan pe-milihan bentuk tulisan-arab (kaligrafi) yang
ditangani secara cermat dan tepat, maksudnya tentu tiada lain adalah
upaya menampilkan bobot ataupun makna yang tersirat dari ayat-ayat suci
itu sendiri. Demikian juga pada pintu, krawang dan railing, keseluruh
annya dibuat dari bahan tembaga de ngan bentuk relief berdasarkan seni
ragam hias yang banyak terdapat di daerah Kalimantan.
Dinding serta lantai bangunan, menara dan turap plaza, juga sebagian
dari kolam, keseluruhannya berlapiskan marmer; ruang tempat mengambil
air wudhu, dinding dan lantainya dilapis de-ngan porselein, sedang untuk
plaza keseluruhannya dilapis dengan keramik. Seluruh bangunan Mesjid
Raya ini, dengan luas seperti disebut di atas, pada bagian dalam dan
halaman bangunan, dapat menampung jemaah sebanyak 15.000 orang, yaitu
7.500 pada bagian dalam dan 7.500 pada bagian halaman bangunan.
Konsep estetika interior masjid...
Peranan elemen-hias pada sebuah bangunan, bila diolah secara cermat
dan diarahkan dengan tepat, akan tam-pak bukan saja sesuatu yang 'indah
dimata' akan tetapi sekaligus dapat bermakna lain pada diri kita. Bisa
jadi memberikan pengalaman batin yang menyentuh dan menimbulkan
macam-macam perasaan, misalnya perasaan haru, kagum, syahdu dan
seterusnya. Dengan ini berarti kita berbicara me-ngenai wawasan estetis
dan pemilihan teknis dari seorang seniman untuk se-lanjutnya sebagai
konsep dasar pijakan kreatifitasnya.
Tiga pokok pijakan
Sejalan dengan hal yang baru di-sebut di atas, maka wawasan estetis
pada bangunan Mesjid Raya Sabilal Muhtadin ini dilakukan dalam tiga
pokok pijakan sebagai berikut.
- Sesuatu yang dapat memberikan dan menimbulkan rasa keagama an yang lebih dalam.
- Ornamen-dekoratif yang selaras dan fungsional sesuai dengan arsitektur mesjid.
- Sebagai ciri-khas atau identitas yang menunjukkan kekayaan kebudayaan lingkungan Kalimantan.
Kaligrafi
Atas dasar ini, maka elemen-estetik untuk mesjid-raya ini dibentuk
dalam kaligrafi-arab dengan mengambil ayat-ayat Al-Quran, Asmaul Husna,
yaitu 99 nama Keagungan Tuhan dan nama-nama 4 Khalifah Utama dalam Islam
Kaligrafi ini kemudian dirangkai dan dipadu dengan unsur-unsur
ragam-hias motif tumbuh-tumbuhan, yaitu sebagdi tradisi seni-hias pada
bangunan bangunan mesjid seluruh dunia.
Bentuk floral (tumbuh-tumbuhan) ini memberikan sesuatu kesan hidup
dan dinamis, akan tetapi yang terpenting adalah menghindarkan
ke-cendrungan untuk menjadi gambar pe-mujaan, seperti halnya gambar yang
bertemakan bentuk manusia dan he-wan. Demikian pula ayat-ayat suci yang
dituliskan dalam bentuk khat in-dah dengan Gaya Naski, Diwani, Riqah,
Tsulus dan Kufik, kiranya menimbulkan rasa kekayaan citarasa dan
khayal-seni untuk meluhurkan puja kepada Tuhan.
Desain keseluruhan
Disain keseluruhan bangunan mesjid, dengan kubah besar, tiang-tiang
kokoh dan tegap serta dinding tebal dan padat yang keseluruhan dibalut
oleh le-bih kurang 14.830 M2 pualam kremmuda seakan memberikan suasana
be-rat, kukuh dan kadahg-kadang terasa menekan. Kesan ini timbul balk
dari eksteriornya maupun interiornya. Kesejuruhan keadaan banguann
mesjid seperti disebut di atas menjadi per-timbangan dalam
memperhitungkan pembuatan elemen-estetik yang akan ditempatkan dalam
ruang dalam dan luar bangunan mesjid itu.
Penetapan disain krawang untuk pintu-utama, pintu samping dan
din-ding, adalah upaya untuk memberikan keseimbangan antara 'rasa berat'
yang ditimbulkan fisik bangunan dan 'rasa ringan' yang ditimbulkan oleh
sifat 'tembus pandang' dari ornamen krawang tersebut. Lampu hias
(chandelier) yang terdiri dari 17 buah unit gan-tungan dengan ribuan
bola kaca ter-susun dalam lingkaran bergaris tengah 9 M, menimbulkan
'rasa-ringan' yang ditempatkan sebagai kontras terhadap fisik bangunan
itu sendiri.
Sumber : http://id.wikipedia.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar